Sang Retoris dan Moralis Gadungan

     

Foto: Joyo Kasto Wijoyo.(Dok.Istimewa)
 


*Opini Oleh : Joyo Kasto Wijoyo Budayawan/Pemerhati NKRI*



JAKARTA, TEGAR NEWS - Bagi yang telah mengenal Adib Zain, tentu tidak akan terpanah atau mulutnya mengangah jika Adib berbicara soal norma, etika, moral, dan aturan. Mulutnya Adib biasanya berbusa dan berbuih, fasih nyerocos berceramah dan beretorika soal etika moral.

Adib sengaja membentengi dirinya dengan tameng moral. Dengan begitu Adib akan tampil sebagai sosok moralis yang berpegang pada aturan main. Konstitusi jadi dasar kaki berpijak. Amanlah sudah. Tampil menjadi sosok suci.

Di balik itu, wajah sesungguhnya tersembunyi. Tersimpan rapat. 

Sesungguhnya yang tampak oleh kita itu wajah salonnya. Yang diberi bedak kemunafikan. Yang diberi alis kedengkian. Yang mulutnya disemprot dengan minyak kebohongan. Air liurnya bau amis karena sering berbicara tidak jujur.

Sebenarnya Adib sosok yang manipulatif. Sang moralis gadungan.

Sikap Adib Zain dengan menyebarkan tulisan fitnah tapi dibalut dengan bungkus etika, moral, dan aturan, menunjukkan wajah Adib yang sesungguhnya : menjadi virus penyakit yang menyebar dari dalam tubuh, menghancurkan Zulkifli Hasan Ketua Umum PAN yang dari awal tidak pernah dia sayangi, karena Adib di setiap kongres PAN tidak pernah mendukung Zulhas. Bahkan menebar racun dan fitnah di tulisannya. 

Adib mengaku cinta kepada PAN. Tapi tulisannya yang penuh dengan fitnah, kedengkian, logika hukum yang amburadul, kurang informasi, 

Alhasil, Adib yang berniat tampil sebagai sosok suci bersih, justru terbuka niat busuknya. Ya dari tulisannya sendiri. 

Adib Zain salah memetakan. Dia pikir kader PAN itu manusia blo’on, kader picisan, kader yang tidak paham politik, kader yang tidak memiliki akal sehat, kader yang tidak berhati nurani.

Mulai sekarang, berhentilah Akang Adib berbicara soal moral. Jangan ajari kader PAN soal konstitusi dan cara mencintai PAN.

Saat ini Akang bukan lagi kader PAN. Jadi tidak konstitusional berbicara mengatasnamakan politisi PAN (katanya taat konstitusi he he he ).

Saran ke Adib. Bersihkan hatimu. Datanglah ke tempat bersejarah bagi hidupmu : Sukapura, Kiara Condong, Bandung. Asah batinmu, bertafakur, dan berkontemplasi. Berdialoglah dengan guru spiritualmu, Pak Supriyatna dan Bu Etty.

Dari situ, semoga saja kamu dapat melepas topengmu, berkata sesuai realita, bersikap penuh bijak bestari, dan dapat bertanggungjawab dengan hidupmu.

Semoga ini tulisan terakhirku menanggapi tulisanmu. Karena kamu telah sadar. Menjadi Adib yang baru. Tanpa topeng dan wajah gadungan.(Red)

Posting Komentar

0 Komentar