PALEMBANG, TEGAR NEWS - Kebakaran hutan dan lahan () di Sumatera
Selatan diperkirakan telah menghanguskan lebih dari 200 ribu hektare lahan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat adanya
peningkatan intensitas seiring
penurunan potensi hujan di Palembang dan sekitarnya.
Kepala Bidang
Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera
Selatan Ansori berujar karhutla di Sumsel per 15 Oktober 2019 telah mencapai
174.528 hektare. Meskipun data terbaru masih diolah, diperkirakan lahan yang
terbakar sudah mencapai 200 ribu hektare.
Saat ini kebakaran terjadi di wilayah Palembang,
Ogan Komering Ilir (OKI), Lahat, Empat Lawang, dan Pagaralam. Palembang dan OKI
menjadi wilayah yang paling parah karena terjadi di atas lahan gambut yang
sulit dipadamkan. Sedangkan karhutla di daerah lain terjadi di atas lahan
mineral yang mudah dipadamkan. Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup
Sumsel, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Palembang dua hari
berturut-turut dalam kondisi tidak sehat sejak Senin (21/10) dengan 147
mikrogram per meter kubik hingga Selasa (22/10) 155 mikrogram per meter kubik.
Ansori mengungkapkan berkurangnya potensi hujan menyebabkan
asap pun akan semakin pekat. "Status siaga darurat bisa saja diperpanjang
jika kebakaran dan dampak asap masih mengkhawatirkan. Namun keputusan
perpanjangan akan didiskusikan dengan instansi terkait," kata dia. Sementara
itu, Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi SMB II Palembang
Bambang Benny Setiadji mengungkapkan intensitas asap umumnya meningkat pada
pagi dan sore hari.
"Kondisi asap masih tetap berpotensi terjadi di Sumsel
dikarenakan wilayah-wilayah yang memiliki jumlah titik panas yang signifikan
belum terpapar hujan yang cukup, mengingat luas dan dalamnya lahan gambut yang
terbakar," ujar Bambang. Selain itu, ada penurunan potensi
hujan secara regional selama tiga hari ke depan (22-24 Oktober) akibat badai
tropis Neoguri dan Bualoi di Samudera Hindia. Secara lokal, hujan tetap
berpotensi di wilayah bagian barat Sumsel. Terpisah, Kepala Seksi
Kedaruratan BPBD Jatim Satriyo Nur Seno mengatakan pihaknya bisa mengoptimalkan
pengeboman air atau water bombing ke titik karhutla di sekitar Gunung Arjuno-Welirang.
Kondisi cuaca pun cukup bersahabat pada Selasa (22/10) pagi ini, setelah sempat
memburuk pada Senin (21/10).
"Hari ini sudah optimal jalan. Sudah sekitar 12 ribu ton
pemadaman dilakukan di Arjuno-Welirang, tapi juga kan banyak titiknya belum
bisa padamkan semua," ujarnya. Namun, akunya, proses water bombing hanya
berlangsung lima jam, yakni pukul 06.00-11.00 WIB. Sementara pada pukul 13.00
WIB angin mulai kencang. "Tidak berani untuk terbang sudah
berbahaya. Sebab yang paling aman ialah 10 knot," kata Satriyo. Selain
wilayah Arjuno-Welirang, kata dia, karhutla di Jatim terus meluas. Dalam satu
pekan ini, sedikitnya ada enam wilayah gunung yang terbakar. Yakni, Gugusan
Gunung Ijen, Tahura Raden Soerjo Arjuno-Welirang, Gugusan Gunung Wilis,
Pegunungan Kawi, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, dan Gunung Raung. BPBD
Jatim pun, kata dia, belum bisa memetakan dampak kebakaran. Namun hasil
laporan, setidaknya sudah ada 3.000 hektare lebih yang terdampak. "Kalau
luasannya itu kami belum bisa mendata-data secara rinci. Tapi info dari
kawan-kawan, Perhutani maupun Tahura maupun TNBTS ada ribuan hektar," kata
dia. (red)
0 Komentar