KABUPATEN BEKASI, TEGAR NEWS -Penobatan Kampung Paparean RW 04, Desa Pasir Tanjung sebagai Juara Umum Kategori Perkampungan dan Permukiman dalam ajang Lomba Kampung Bersih Kabupaten Bekasi 2025 menuai sorotan publik.
Ajang tahunan yang digelar oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi ini diikuti peserta dari 23 kecamatan dan 187 desa/kelurahan se-Kabupaten Bekasi. Namun, keputusan dewan juri dinilai sebagian warga tidak mencerminkan kondisi riil di lapangan.
Sorotan utama publik tertuju pada maraknya warung remang-remang yang masih beroperasi di wilayah Paparean, serta bangunan liar yang terus bertambah. Kedua fenomena itu dianggap kontradiktif dengan citra kampung bersih yang seharusnya menjadi tolok ukur penilaian.
“Sulit diterima akal sehat jika Paparean disebut juara kampung bersih, sementara masalah sosialnya masih nyata di depan mata,” ujar seorang warga setempat.
Sebaliknya, Kampung Ciranggon, Desa Cipayung, Kecamatan Cikarang Timur, dinilai publik lebih layak menjadi juara karena lingkungannya lebih tertata, partisipasi warganya tinggi, dan minim persoalan sosial.
Di tempat berbeda, tokoh masyarakat Kampung Ciranggon, Gunawan atau akrab disapa Mbah Goen, saat dikonfirmasi menanggapi dengan bijak ketidakterpilihan kampungnya sebagai juara.
“Bagi warga Kampung Ciranggon, menata lingkungan menjadi kampung bersih adalah bentuk kecintaan terhadap kampung. Spiritnya adalah memupuk kekompakan dan kebersamaan warga dalam bergotong royong supaya budaya gotong royong tidak pudar dan terus terjaga dari generasi ke generasi,” jelas Mbah Goen.
“Jadi, bagi warga Kampung Ciranggon tidaklah penting bentuk apresiasi dan pengakuan dari pemerintah daerah. Yang terpenting, budaya gotong royong di kampung ini tetap terawat baik. Biar masyarakat luar yang menilai dan mengapresiasinya,” tambahnya.
Pernyataan Mbah Goen tersebut menegaskan bahwa penghargaan formal bukanlah tujuan utama. Bagi masyarakat Ciranggon, menjaga budaya gotong royong dan menciptakan lingkungan sehat jauh lebih bernilai dibanding sekadar trofi lomba.
Kritik publik terhadap penobatan Paparean sebagai juara umum pun semakin menguatkan tuntutan agar penilaian lomba kampung bersih dilakukan lebih transparan, komprehensif, dan tidak hanya sebatas tampilan fisik lingkungan, melainkan juga memperhatikan persoalan sosial yang nyata dirasakan masyarakat.(Red/BYD)
0 Komentar