Silent Vote Pemilu 2024

      

Foto : Joni Sudarso S.H., M.H. Ketua Umum Aliansi Relawan Gibran (ARG), Sekretaris Jendral LSM Gerakan Nawacita Republik Indonesia (GNRI).(Dok.Istinewa)


Opini Oleh : Joni Sudarso S.H., M.H. 


JAKARTA, TEGAR NEWS - Silent Vote atau suara diam adalah suara rakyat yang tidak ingin menunjukkan sikapnya tapi bersikap pada saat yang tepat, 2024 menjadi bukti Suara Rakyat adalah suara Tuhan, bahkan banyak yang tidak menduga hasil dari Proses perhitungan suara melalui metode Quick count dan menunggu hasil Real Count yang sedang berjalan di KPU.

Suara rakyat adalah suara Tuhan (Vox Populi, Vox Dei). Suara rakyat yang disuguhkan sedemikian tinggi dipercayakan kepada para wakil rakyat dan penguasa negara yang lain. Rakyat mengganjar mereka martabat, kehormatan, dan otoritas politik agar kekuasaan dikelola guna mewujudkan kesejahteraan bersama. Rakyat mempertaruhkan nasib dan masa depannya kepada mereka. Pertanyaannya, mengapa praktik demokrasi di Indonesia semakin rapuh?

Beberapa bulan terakhir, eskalasi kritik terhadap praktik politik dinasti kian melengking. Pemantiknya polemik putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang membolehkan Usia di bawah 40 tahun maju dalam pilpres, banyak narasi yang tersebar di masyarakat dari Mahkamah Keluarga, Politik Dinasti bahkan Anak haram konstitusi, cercaan ini tidak menjadikan gentar seorang anak muda yang bernama Gibran Rakabuming Raka yang kebetulan anak seorang presiden RI yang berkuasa pada saat ini yaitu Joko Widodo.

Apakah narasi narasi yang di hujam dan menjadi serangan yang sangat melelahkan untuk di dengarkan, terlebih menjadi perdebatan satu sama lain anak bangsa, tak terhindari bahwa opini yang terbangun dari kubu lawan menjadikan seorang anak muda tetap tegar untuk melanjutkan menjadi pemimpin muda pertama dalam bangsa ini.

Mungkin banyak yang tidak kita pahami bahwa bangsa sebesar Indonesia tidak boleh jatuh ke tangan yang salah, pondasi negara sudah terbangun lama sejak kemerdekaan sampai hari ini selepas reformasi image orde lama, orde baru, Reformasi bahkan hari ini kita menjalani orde Konspirasi (catatan karya penulis), mengapa orde Konspirasi karna terlalu banyak campur tangan asing yang ingin negeri ini tetap stagnan bahkan hancur seperti negara yang berhasil dihancurkan oleh konspirasi asing.

Mungkin kita tidak bisa memahami apa yang ada dibenak seluruh petinggi partai politik hari ini, dan apapun hasilnya sudah terjadi. Mengapa dalam hal ini menjadi polemik dan narasi yang berkembang di tengah masyarakat adanya kecurangan atau sebenarnya fakta di lapangan, pernyataan dari Tokoh partai PDI-P solo FX Rudyatmo yang menyatakan bahwa fakta diluar dugaan solo ternyata mendukung pasangan 02, anomali Silent Vote terbukti bahwa masyarakat sudah mempunyai pilihan tetapi tidak ingin memperkeruh situasi politik.(red)

Posting Komentar

0 Komentar