Akurasi Data atau Kurasi Data

 

    

Foto: Irwan D Makdoerah, PhD.(Dok.Istimewa)


*Opini oleh : Irwan D Makdoerah, PhD Pemerhati kebijakan publik*


JAKARTA, TEGAR NEWS - Belakangan ini, entah kenapa genderang perang politik antar kubu sudah bergemuruh. Diawali dengan lemparan data, saling meng-claim, saling mengkoreksi. Terkadang syahwat pun ikut terpancing. Entah harus mengamini data yang mana, Membingungkan.

Eskalasi politik jelang pendaftaran Capres dan Cawapres di September 2023 nanti,  sudah mulai panas. Entah itu akibat adanya high impact moment akibat penetapan salah satu kader partai sebagai tersangka atau memang plot skenario politiknya demikian. Namun ada keyakinan, mulai panasnya suhu politik saat ini, akibat jurus pamungkas dipaksakan tampil di babak 2/3 jelang September 2023.  

Jika membicarakan data, walau itu dari BPS sekalipun, terkadang agak sulit untuk langsung diterima kebenarannya. Terkadang bahkan acap kali terjadi di negeri ini adalah ketidaksamaan data. Satu kementerian dengan kementerian lainnya, terkadang atau bahkan sering adanya perbedaan data. Akurasinya lemah. Lebih kepada kurasi data alias data dianggap barang seni. Semakin diperlukan, data itu oleh pembuatnya dijadikan objek seni. 

Satu hal yang pasti, kita belum memiliki data yang terintegrasi dan dijadikan sebagai basis big data untuk bangsa ini. Dan dijadikan sebagai sumber segala sumber data untuk digunakan oleh banyak pihak. 

Perang data di saat mulainya hingar bingar suasana politik, memang sangat lumrah. Bahkan akan menjadi keunggulan komparatif. Tentunya bagi yang memiliki data. Dan data yang akurat, tentunya. Bukan data hasil interpretasi sendiri atau data olahan yang lari dari pakem keilmuannya. Jangan sampai data itu malah ikutan tidak mencerdaskan bangsa.

Sebagai contoh, Universitas California di Berkeley menyebutkan bahwa kendaraan listrik mengeluarkan gas karbon 20 kali lebih sedikit dibandingkan kendaraan yang menggunakan BBM. Emisi karbon kendaraan listrik adalah 0.02 kg per penumpang per kilometer sedangkan kendaraan yang menggunakan BBM adalah 0.4 kilogram per penumpang per kilometer.

Ada data lain lagi, International Council on Clean Transportation menyampaikan bahwa emisi karbon kendaraan listrik 68 gram per kilometer sedangkan kendaraan ber-BBM 163 gram per kilometer.

Selain data tersebut validitasnya dapat diandalkan, tetapi sekaligus memberikan pencerahan bagi siapa pun yang mendengarkannya. Apalagi kalau ditambah dengan data tentang sudah seperti apa dunia ini terpolusikan dari masa ke masa. Pasti yang menyimak akan teduh dan damai. Syahwat pun tidak akan terpancing. Malah akan mengaguminya.

Jadikanlah bangsa ini semakin cerdas oleh calon pemimpin bangsa. Bukan digiring ke arah kebodohan dan memunculkan kebingungan. Politik memang sarat dengan intrik. Silahkan berintrik akan tetapi ikutilah tag line teh botol Sosro: "Apapun makanannya, minumannya Teh Botol Sosro". Dengan demikian: "Siapapun Pemimpin Bangsa ini, majukanlah Bangsa Indonesia".(Red)

Posting Komentar

0 Komentar