Ramalan Indef Tahun Depan Ekonomi RI Hanya Tumbuh 5 Persen

Direktur Indef Enny Sri Hartati
JAKARTA, TEGARNEWS.com - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2016 sebesar 5 persen, lebih rendah dari target yang dipatok pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 5,3 persen.

Selain target pertumbuhan ekonomi Indef juga memperkirakan nilai tukar rupiah berada di angka Rp 14 ribu per dolar Amerika Serikat (AS), lebih lemah dibandingkan target APBN 2016 sebesar Rp 13.900 per dolar.

Kemudian jika pemerintah mematok target inflasi 4,7 persen, Indef justru memperkirakan indeks rata-rata harga bahan pokok itu di angka 5 persen seiring dengan depresiasi nilai tukar rupiah.

Direktur Eksekutif Indef Enny Sri Hartati mengatakan secara umum proyeksi pertumbuhan ekonomi ini menggambarkan kinerja pemerintah masih di bawah ekspektasi publik tahun depan.

"Kuncinya beras, harga beras yang menjadi kunci stabilitas supaya stabilitas tidak semua dan tidak menambah angka kemiskinan," jelas Enny di Jakarta, Kamis (26/11).


Evaluasi 2015
Sementara itu terkait perekonomian Indonesia sepanjang tahun ini, hasil evaluasi Indef menemukan 10 persoalan krusial untuk perekonomian 2016 mendatang.

Permasalahan utama adalah pertumbuhan ekonomi China turun hingga 6,9 persen pada kuartal III 2015 dan akan berlanjut di 2016. Penurunan ekonomi China ini berdampak pada penurunan harga komoditas, sehingga menuntut dilakukannya reorientasi pasar ekspor Indonesia, khususnya sektor komoditas agar kinerja ekspor dapat terjaga.

Ketidakpastian waktu dan besaran kenaikan suku bunga bank sentral AS (The Fed Fund Rate) juga akan berpotensi mengguncang stabilitas nilai tukar rupiah.

Selain faktor eksternal, Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) menurut Enny juga dipusingkan dengan masalah ekonomi dalam negeri.

Ia mencatat, inflasi selama 2015 cenderung rendah. Secara akumulatif dari Januari-Oktober lebih rendah 2,16 persen dari tahun sebelumnya 4,19 persen.

“Rendahnya angka inflasi bukanlah berita yang bagus, rendahnya infalsi tersebut dikarenakan merosotnya daya beli masyarakat,” kata Enny.

Faktor-faktor lain yang memperburuk ekonomi negeri yaitu: menurunnya produktivitas industri nasional, shortfall pajak, mandulnya stimulus fiskal, meningkatnya angka pengangguran, meningkatnya kemiskinan dan kesenjangan, ketergantungan ekspor komoditas, paket kebijakan ekonomi yang tidak efektif, dan tantangan masyarakat ekonomi ASEAN.

Semua itu menjadi alasan Indef memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya sebesar 5 persen tahun depan.

Editor: Budi

Posting Komentar

0 Komentar