Titik Api Itu Bernama Hambalang

      

Foto: Samson Tanjung Direktur Eksekutif Analitika Institut.(Dok.Istimewa)


*(Opini oleh: Samson Tanjung Direktur Eksekutif Analitika Istitut)*


JAKARTA, TEGAR NEWS - Riuh rendah polemik Partai Demokrat makin menggelitik publik untuk terus terlibat mencermati, menyimak dan bahkan ikut memprediksi akhir cerita. Kelompok KLB terus melakukan manuver politik disela-sela persiapan menghadapi proses hukum, utamanya menyelesaikan berbagai perangkat dan kebutuhan menghadapi proses verifikasi dan putusan Kemenkumham. Lebih jauh tentu mempersiapkan diri untuk bertarung dipengadilan.

Manuver politik yang dilakukan, agaknya dihitung secara cermat dan teliti. Jika tidak mau kita sebut sudah dipersiapkan secara matang dan detail serta terencana. Polemik tentang keabsahan dan legitimati KLB sedang diupayakan bergeser menjadi polemik pada issue korupsi. 

Memori publik coba diangkat kembali pada soal-soal korupsi. Dengan diadakannya koferensi pers di Hambalang, tentu memberi petanda serius dan sekaligus ancaman. Pendeknya, Hambalang merupakan sebuah judul dalam fragmen politik berikutnya dan tentunya lebih hebat, kuat dan epik.

Hambalang menjadi sebuah nama tempat yang cukup fenomenal diera pemerintahan SBY. Bermula dari persoalan Hambalang pula lah, beberapa petinggi Partai Demokrat kala itu tersungkur dari pentas politik Republik. Sederetan nama-nama diikat dalam kasus korupsi Hambalang. Sebut saja nama Angelina  Sondakh, Nazaruddin dan yang paling akhir adalah Anas Urbaningrum.

Hambalang menjadi momok tersendiri bagi Partai Demokrat. Tentu pula bagi kubu KLB. Persoalan Hambalang dianggap dapat memiliki daya rusak tersendiri bagi kubu AHY. Setidaknya itu yang terlintas dari pikiran kubu KLB. Persoalan politik dan persoalan hukum menyisakan traumatik politik dan dendam kesumat. Traumatik dan dendam berkelindan menjadi satu, setidaknya untuk Anas Urbaningrum dkk. 

Bagi Anas, Hambalang menjadi satu kata keramat. Dikalangan Anas, Hambalang dapat diartikan sebagai sebuah operasi politik yang bertujuan untuk menenggelamkan karier politiknya. Dan, Anas serta Hambalang menjadi kartu “truf” bagi kelompok KLB untuk menghancurkan kubu AHY. 

Taktik politik yang diambil, merupakan suatu langkah untuk dapat membersihkan nama Anas agar dapat masuk dipentas politik yang mungkin direncana untuk berhadapan “head to head” dengan SBY.  

Target-target kecil sampai maksimal sudah ditetapkan. Jika hembusan angin Hambalang makin kuat, maka Anas akan menyeret nama Ibas sebagai orang yang terlibat dengan persoalan Hambalang. Motif tersebut gamblang terlihat dari arah gerak politik yang diambil oleh kubu KLB. 

Terseretnya nama Ibas sudah barang tentu adalah politik bumi hangus ala kubu KLB. Upaya melekatkan persepsi publik bahwa SBY, AHY dan Partai demokrat merupakan satuan politik yang memiliki dosa masalalu cukup serius. Tujuan akhirnya sudah dapat ditebak. Hancurnya elektabilitas dan popularitas Partai Demokrat. Setidaknya, kompetitor politik terjerembab dalam kubangan.

Uniknya, peristiwa kisruh Partai Demokrat ini memiliki relasi dengan Partai Hanura. Beberapa aktor penting KLB Partai Demokrat memiliki hubungan langsung dengan partai tersebut. 

Kemunculan orang-orang dekat Anas dalam mendorong polemik “Hambalang”, mempertegas praduga hubungan KLB dengan Partai Hanura. Sebut saja Gede Pasek yg terpilih sebagai Sekjend Partai Hanura. Demikian pula dengan Rahmat yg disinyalir pernah pula menjadi pengurus Partai Hanura. Tidak terkecuali Moeldoko, pun pernah menjadi pengurus Partai Hanura. Pertanyaan berlanjut pada, apa hubungan Partai Hanura dengan KLB Demokrat?. Partai besutan Wiranto yg kini dinakhodai oleh Osman Sapta. Osman Sapta yg pernah memimpin HKTI tersebut juga memiliki kesamaan dengan riwayat Moeldoko yg pernah memimpin HKTI pasca Osman Sapta. Jika asumsi, bahwa dalam politik tidak ada suatu yang kebetulan, maka penting untuk mencermati relasi ini. Dimana posisi Osman Sapta?

Upaya mendorong Hambalang dapat diprediksi sebagai suatu upaya politik paling akhir dari kubu KLB. Menggeser issue “kudeta” partai dan mengalihkan perhatian publik dari tema selamatkan demokrasi. Taktik yg cerdik sekaligus menguji seberapa kuat dan luas penggalangan kekuatan pro demokrasi yang dilakukan Partai Demokrat dibawah pimpinan AHY dalam menjaga issue dengan tema besar selamatkan demokrasi. 

Kita tunggu fragmen selanjutnya!(red)


Posting Komentar

0 Komentar